Home » » Sastrawan Dunia yang Merasakan Dinginnya Sel Penjara

Sastrawan Dunia yang Merasakan Dinginnya Sel Penjara


Penjara bukan tempat yang tepat untuk membatasi dan memagari pemikiran yang merdeka, jujur, tulus, dan berani. Di berbagai negara, musuh nomor satu para rezim adalah aktivis, sastrawan, dan jurnalis, terlebih di awal-awal abad 20. Berikut adalah sastrawan yang pernah dipenjara rezim pemerintah yang tidak menyukai kejujuran dan keberanian mereka:

1. Cervantes
Cervantes (1547 – 1616) adalah seorang novelis dan penyair yang berkebangsaan Spanyol. Karyanya yang terkenal adalah Don Quixote, yang disebut-sebut sebagai novel modern pertama, dan juga dianggap cikal bakal sastra barat klasik. Pada tahun 1570, namanya masuk ke dalam daftar wajib militer, dan menjadi bagian dari  resimen infanteri Spanyol selama lima tahun lamanya.
Pada tahun 1585, ia menerbitkan novel pastoralisasi, La Galatea. Karena ia mengalami kesulitan finansial, ia kemudian bekerja sebagai pengumpul logistik bagi armada Spanyol, lalu kemudian menjadi penagih pajak. Namun pada tahun 1597, sebuah penyimpangan terjadi dalam rekening simpanannya selama tiga tahun terakhir, dan itulah yang mengantarkannya masuk Penjara Crown di Kota Sevilla.  Pada tahun 1605, ia tinggal di Kota Valladolid, beberapa saat setelah meraih kesuksesan dari novel Don Quixote bagian pertama. Ia terus berkarya dan meninggal dunia di Kota Madrid.
Cervantes
2. Voltaire
Voltaire (1694-1778),  atau dikenal juga sebagai Francois-Marie Arouet. Dengan nama Voltaire, ia dikenal sebagai penulis yang memberikan banyak pencerahan. Dalam bidang filosofi ia dikenal sebagai orang yang cerdas, khususnya dalam kebebasan dan hak-hak sipil, termasuk di dalamnya mengenai kebebasan beragama. Dia dikenal juga sebagai seorang penulis yang sangat rajin dan menghasilkan banyak karya hampir di setiap bentuk jenis karya sastra, lebih dari 20.000 surat dan lebih dari 2.000 buku dan pamflet. Ia adalah salah seorang yang vokal dalam menyuarakan kepentingan rakyat, dan juga mendukung adanya reformasi sosial. Seringkali ia melakukan sebuah perlawanan dengan  pendapat  yang dikemasnya dalam sebuah satir, saat itu yang menjadi bahan kritikannya adalah Institusi Gereja dan pemerintah Prancis. Bahkan beberapa kali ia keluar masuk penjara dan diasingkan.
Pada tahun 1717, di awal usianya yang ke 20 tahun, ia terlibat dengan sebuah konspirasi Cellamare bersama Giulio Alberoni, guna menentang seorang bangsawan Philippe II (Duke Of Orléans),  seorang perwakilan Raja Louis XV di Prancis. Ia menuliskan sebuah satire mengenai pemerintahan otonom yang dipimpin oleh Phililppe II, dan mengakibatkan dia masuk ke penjara terbesar dan terkenal di Paris, Bastille, selama 8 bulan.
Voltaire
3. St. Thomas More
Saint Thomas More, adalah seorang pengacara, pengarang dan negarawan yang berkebangsaan Inggris. Selama hidupnya, ia banyak memeroleh penghargaan sebagai pemimpin gerakan humanis, dan menjabat berbagai posisi yang berhubungan dengan kemasyarakatan. Ia juga yang memberikan kata “Utopia” untuk sebuah pandangan ideal mengenai  bangsa yang hidup di sebuah pulau imajiner dengan sistem politik yang dijelaskan pada bukunya tersebut (1516).  Namun sebagai seorang jenius dan disukai kalangan rakyat, ia dibenci pemerintahannya sendiri. Pada 6 Juli 1535, ia tewas akibat dihukum gantung atas perintah raja, karena menolak menandatangani surat persetujuan atas Henry VIII untuk menjadi pemimpin tertinggi gereja di Inggris.
Sebelum ia dipenggal, penjara terkenal, Tower of London, menjadi persinggahannya terakhir, tempat ia menulis sebagai bentuk pengabdiaannya terhadap gereja. Empat ratus tahun setelah kematiannya, Paus John Paul II pada tahun 1980 menganugerahi Thomas More gelar “Saint” (Santo) sesuai dengan kecakapannya di bidang politik dan tata Negara.
St. Thomas More
4. Paul Verlaine
Verlaine (1844-1896) adalah seorang penyair berkebangsaan Prancis yang sering dihubung-hubungkan dengan gerakan simbolis. Ia pun dianggap sebagai sebuah perwakilan dari syair/puisi Prancis. Pada September 1871, ia menerima surat pertamanya dari penyair Arthur Rimbaud. Setahun kemudian, ia sudah tidak lagi tertarik melanjutkan kehidupan rumah tangganya bersama Mathilde, dan meninggalkan anaknya, hanya untuk menemani pengembaraan Rimbaud—kekasih barunya.
Perjalan asmara Rimbaud dan Verlain membawa mereka ke Kota London, pada tahun 1872. Namun sebuah peristiwa terjadi pada tahun 1873, dalam keadaan mabuk, terbakar api cemburu, ia mengarahkan pistol dan menembakannya ke tubuh Arthur Rimbaud. Namun beruntung bagi Rimbaud yang hanya terluka pada pergelangan tangannya saja. Akibat ulahnya itu, Verlaine ditangkap dan dimasukan kedalam penjara di Kot Mons. Di dalam penjara itulah ia kemudian mendalami kembali agama Kristen katolik yang dulu diabaikannya. Setelah bebas dari penjara, ia bepergian ke Kota London,  tinggal di sana beberapa tahun dan menjadi seorang pengajar. Ia kembali ke Paris pada 1877,  mengajar bahasa Inggris  di sebuah sekolah, di Kota Rethel. Ia kembali menulis puisi, sebagai efek dari pertemuannya dengan Lucien Létinois—murid yang menginspirasinya. Namun hidupnya berada dalam kehancuran ketika ia menemukan anaknya tewas akibat penyakit tifus pada 1883. Ia diketahui menjadi seorang pecandu obat-obatan terlarang, alkohol dan hidup dalam kemiskinan.
Paul Verlaine
5. Aleksandr Solzhenitsyn
Solzhenitsyn (1918 – 2008) adalah seorang novelis, dramawan, sejarawan yang berkebangsaan Rusia. Melalui sebuah tulisan, ia membuat mata dunia tertuju dan mengawasi  sistem kamp tahanan di Gulag, Uni Sovyet. Akibat ulahnya ia diasingkan dari Uni Sovyet pada 1974. Ia dianugerahi penghargaan nobel di bidang sastra pada 1970.  Selama Perang Dunia II, ia mengabdi sebagai seorang bagian dari tentara kebanggaan Uni Sovyet, Red Army.  Di garis depan ia terlibat langsung dalam berbagai pertempuran besar. Pada Februari 1945, ketika bertugas di Prussia Timur, dia ditangkap akibat membuat sebuah tulisan berbau sindiran dan hinaan, dalam sebuah surat yang ia tujukan kepada seorang teman, N.D Utkevich. Dalam surat itu ia membahas mengenai perang yang dikomandoi oleh Josef Stalin, yang dia sebut “The Whiskered One,” “Khozyain” (The Master) dan “Balabos”, (Odessa, bahasa yidishnya untuk Tuan”).
Dia dituduh sebagai pengusung propaganda anti Sovyet, dengan menulis  “Article 58” yang menuli 10 kode kejahatan Uni Sovyet dan penemuan sebuah organisasi musuh. Solzhenitsyn ditangkap dan dipenjarakan di Lubyanka Moscow, di tempat itulah ia mengalami siksaan dan diinterogasi. Awal masa hukumannya, ia banyak berpindah-pindah tempat tahanan. Selama beberapa tahun ia hidup di pengasingan,  selanjutnya ia mendapatkan penangguhan hukuman dan kembali ke Russia.  (* sumber *)
Aleksandr Solzhenitsyn

Related Post:

Share this article :

0 komentar:

Post a Comment

 
Support : Copyright © 2011. ILMU ALAM - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger